hujan menamparku pada kenyataan
bahwa yang aku banggakan akirnya mengecewakan
impian yang aku susun akirnya berantakan
seperti kepingan buih yang menguap menjadi udara
atau seperti uap embun yang akirnya menjadi air mata
aku tak pernah berfikir bahwa dengan sekejap segalanya menjadi tiada
bahwa dengan sekejam impianku menjadi hampa
ada kelelahan dalam langkah
ada amarah dalam diam
ada kata yang tak perlu diucapkan atau di lontarkan
sedangkan segalanya tersimpan rapi dalam mendung
aku bahkan tak tau bagaimana harus bersikap dan bagaimana harus tersenyum
jangan tanyakan apapun
sepenuhnya aku bahagia
sepenuh dan penuhnya luka ini
lalu aku akan menjadikanmu penawar dari segala rintik yang memakiku dengan lantang
boleh saja kita bercengkerama dalam sepi agar aku paham segalanya telah berakir
seperti embun yang menetes perlahan dalam daun-daun yang bergerak sendu
astaga
lukaku begitu dalam
perihku begitu dasyat bahkan nyawaku nyaris teriris karena sedikit sentuhan
seperti lantunan doa yang sudah-sudah
bersama redanya hujan musim ini semoga Allah mengirimkan penawarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar